ILMU BUDAYA DASAR
1. Pentingnya Pemahaman (Hakekat & Fungsi) Ilmu
Budaya Bagi Seorang Mahasiswa
Ilmu Budaya Dasar (IBD) adalah
salah satu komponen dari sejumlah matakuliah Dasar Umum (MKDU), sebagai
matakuliah wajib yang menjadi kesatuan dengan matakuliah lain di Perguruan
Tinggi.
Secara khusus MKDU bertujaun
untuk menghasilkan warga negera sarjana yang berkualifikasi sebagai berikut:
a. Berjiwa Pancasila
sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan pengamalan nilai-nilai
Pancasila dan memiliki intergritas kepribadian yang tinggi, yang mendahulukan
kepentingan nasional dan kemanusiaan scbagai sarjana Indonesia.
b. Taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agamanya, dan
memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain.
c. Memiliki
wawasan komprehensif dan pendekatan integral di dalam menyikapi permasalah
kehidupan baik sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, maupun pertahanan
keamanan.
d. Memiliki
wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bcrmasyarakat dan secara
bcrsama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitas-nya, maupun lingkungan
alamiah dan secara bersama-sama berperan serta di dalam pelestariannya.
Secara umum tujuan IBD adalah Pembentukan dan pengembangan keperibadian
serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan dan pemikiran mengenai berbagai
gejala yang ada dan timbul dalam lingkungan, khususnya gejala-gejala berkenaan
dengan kebudayaan dan kemanusiaan, agar daya tanggap, persepsi dan penalaran
berkenaan dengan lingkungan budaya dapat diperluas. Jika diperinci, maka tujuan
pengajaran llmu Budaya Dasar itu adalah:
1. Lebih peka dan
terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, scrta lebih bertanggung jawab
terhadap masalah-masalah tersebut.
2. Mengusahakan
kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.
3. Menyadarkan
mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat menghormati
serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
4. Mengembangkan daya
kritis tcrhadap pcrsoalan kemanusiaan dan kebudayaan.
5. Memiliki
latarbelakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia.
6. Menimbulkan minat
untuk mendalaminya.
7. Mcndukung dan
mcngcmbangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
8. Tidak terjerumus
kepada sifat kedaarahan dan pengkotakan disiplin ilmu.
9. Menambahkan
kemampuan mahasiswa untuk mcnanggapi masalah nilai-nilai budaya dalam
masyarakat Indonesia dan dunia tanpa terpikat oleh disiplin mereka.
10. Mempunyai kesamaan bahan
pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah kemanusiaan dan kebudayaan.
11. Terjalin interaksi antara
cendekiawan yang berbeda keahlian agar lebih positif dan komunikatif.
12. Menjembatani para sarjana
yang berbeda keahliannya dalam bertugas menghadapi masalah kemanusiaan dan
budaya.
13. Memperlancar pelaksanaan
pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani oleh berbagai cendekiawan.
14. Agar mampu memenuhi
tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
15. Agar mampu memenuhi
tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma pendidikan.
Terkadang kita dihadapkan pada pilihan-pilahan yang kerap kali membingungkan
kita. Kita sebagai individu harus menanamkan peran ilmu budaya dasar dihati
kecil kita. Ini sangat penting untuk memudahkan kita mengabil keputusan.
Dalam kehidupan bermasyarakat, jika kita memiliki dasar yang kuat tentang tata cara dan sikap kita dalam bermasyarakat, maka kita akan lebih mudah membawa diri kita kedalam masyarakat.
Sedangkan ilmu budaya dasar dalam kehidupan keluarga, dapat mempengaruhi sikap kita kepada tiap anggota keluarga, bagaimana caranya agar kita tidak mengecewakan setiap anggota keluarga kita, terutama orangtua kita.
Dalam kehidupan bermasyarakat, jika kita memiliki dasar yang kuat tentang tata cara dan sikap kita dalam bermasyarakat, maka kita akan lebih mudah membawa diri kita kedalam masyarakat.
Sedangkan ilmu budaya dasar dalam kehidupan keluarga, dapat mempengaruhi sikap kita kepada tiap anggota keluarga, bagaimana caranya agar kita tidak mengecewakan setiap anggota keluarga kita, terutama orangtua kita.
Pokok
bahasan Ilmu Budaya Dasar
Ada delapan pokok bahasan yang harus kita ketahui, diantaranya;
Ada delapan pokok bahasan yang harus kita ketahui, diantaranya;
-
Manusia dan cinta kasih
- Manusia dan keindahan
- Manusia dan penderitaan
- Manusia dan keadilan
- Manusia dan pandangan hidup
- Manusia dan tanggung jawab dan pengabdian
- Manusia dan kegelisahan
- Manusia dan harapan
- Manusia dan keindahan
- Manusia dan penderitaan
- Manusia dan keadilan
- Manusia dan pandangan hidup
- Manusia dan tanggung jawab dan pengabdian
- Manusia dan kegelisahan
- Manusia dan harapan
Dengan perkataan lain dapatlah dikatakan bahwa setelah
mendapat matakuliah IBD ini, mahasiswa diharapkan memperlihatkan:
a. Minat dan kebiasaan menyelidiki
apa-apa yang terjadi di sekitarnya dan diluar lingkungannya, menelaah apa yang
dikcrjakan sendiri dan mengapa.
b. Kesadaran akan pola-pola nilai yang
dianutnya serta bagaimana hubungan nilai-nilai ini dengan cara hidupnya
sehari-hari.
c. Keberanian moral untuk mempertahankan
nilai-nilai yang dirasakannya sudah dapat diterimanya dengan penuh tanggung
jawab dan scbaliknya mcnolak nilai-nilai yang tidak dapat dibenarkan.
Setelah mengetahui apa itu IBD target yang akan saya capai adalah dengan
lebih banyak belajar kebudayaan yang ada di Indonesia karena dengan
keanekaragaman budaya Indonesia kita akan mendapatkan pengetahuan yang banyak.
2.
Manusia & Kebudayaan
Secara bahasa,
manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berfikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Sedangkan secara umum pengertian kebudayaan merupakan jalan atau arah
didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani
maupun rohani.
Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki
hubungan yang sangat erat, dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu
adalah merupakan kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap
kebudayaan yaitu sebagai:
- Penganut kebudayaan,
- Pembawa kebudayaan,
- Manipulator kebudayaan, dan
- Pencipta kebudayaan.
Disamping itu, kebudayaan manusia itu menciptakan
suatu keindahan yang biasa kita sebut dengan suatu seni. Keindahan atau seni
dibutuhkan oleh setiap manusia agar kehidupan yang dijalaninya menjadi lebih
indah.
Manusia dan keindahan atau seni memang tidak bisa
dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan
dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan)
yang nantinya menjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan.
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki
sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang
memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan
induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena
perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan
politik dan gender.
Kepekaan Sosial
Manusia bukan saja merupakan makhluk sosial, yaitu
makhluk yang harus hidup dengan sesamanya dan selalu membutuhkan kerja sama
dengan sesamanya (seperti halnya dengan beberapa jenis hewan tertentu). Tetapi
lebih dari itu manusia mempunyai kepekaan sosial. Kepekaan sosial bearti
kemampuan untuk menyesuaikan tingkah laku dengan harapan dan pandangan orang
lain. Misalnya, perbuatan seseorang akan berbeda-beda kalau menghadapi orang
yang sedang marah, sedang gembira, sedang sedih dan lain-lain. Tingkah laku
seseorang juga akan berbeda dalam lingkungan orang-orang yang sedang berpesta,
sedang memperingati kematian, atau sedang berdiskusi.
Kelangsungan Tingkah Laku
Tingkah laku atau perbuatan manusia tidak terjadi
secara sporadis (timbul dan hilang di saat tertentu), tetapi selalu ada
kelangsungan (kontinuitas) antara satu perbuatan dengan perbuatan berikutnya.
Misalnya seorang anak yag masuk sekolah hari ini, akan bersekolah lagi besok
dan bersekolah terus bertahun-tahun untuk akhirnya mempunyai kepandaian
tertentu dan mendapat pekerjaan, mempunyai penghasilah,
berkelaurga,berketurunan dan seterusnya. Pendek kata, tingkah laku manusia
tidak pernah berhenti pada suatu saat. Perbuatan terdahulu merupakan persiapan
bagi perbuatan yang kemudian, sedangkan yang kemudian merupakan merupakan
kelanjutan dari perbuatan sebelumnya. Dengan demikian adalah kaliru kalau
seseorang memandang masa kanak-kanak atau masa remaja misalnya, sebagai suatu
tingkat perkembangan yang berdiri sendiri, yangterlepas dari tingkat-tingkat
perkembangan lain dalam kehidupan seseorang.
Orientasi Pada Tugas
Tiap-tiap tingkah laku manusia selalu mengarah pada
suatu tugas tertentu. Hal ini nampak jelas pada perbuatan-perbuatan seperti
belajar atau bekerja, tetapi hal ini juga terdapat pada tingkah laku lain yang
nampak tidak ada tujuannya.
Seorang anak misalnya, yang sedang bermain
menyusun benteng dari pasir di pantai laut, tiba-tiba merusak benteng itu dan
mendirikan sebuah lagi di tempat lain. Nampaknya anak itu melakukan sesutu
tanpa tujuan, tetapi pada hakikatnya ia sedang mempelajari sift-sifat pasir,
bagaimana kalau dihancurkan, dan sebagainya. Bahkan pada orang yang sedang bermalas-malasan
beristirahat merupakan sebagian tugas yang harus dipenuhi agar ia bisa
mengumpulkan energi kembali untuk dapat bekerja lagi, dn seterusnya.
Usaha Dan Perjuangan
Usaha dan perjuangan memang terdapat juga pada makhluk
lain selain manusia, misalnya pada kucing yang mengendap-ngendap mengintai
seekor tikus yang akan menjadi mangsanya. Tetapi usaha dan perjuangan pada
tingkah laku manusia adalah berbeda, karena yang diperjuangkan adalah suatu
yang ditentukan sendiri, yang dipilihnya sendiri. Ia tidak akan memperjuangkan
sesuatu yang sejak semula memang tidak ingin diperjuangkan. Misalnya, seorang
akan pergi ke suatu tempat dengan bus. Calon penumpang bus demikian banyaknya,
sehingga tiap orang harus bersusah payah kalau mau naik bus. Dalam hal ini,
meskipun banyak bus tersdia, orang yang bersangkutan hanya akan berusaha naik
bus ke jurusan yang dikehendakinya saja, sedangkan bus-bus ke jurusan lainnya
akan dibiarkan saja.
Dengan perkataan lain, manusia mempunyai aspirasi yang
diperjuangkan, sedangkan hewan hanya berjuan untuk memperoleh sesuatu yang
sudah diberi oleh alam. Harga diri, misalnya, adalah suatu aspirasi yang dapat
diperjuangkan oleh manusia, yang tidak terdapat pada makluk hidup lainnya.
Nah 4 kepribadian yang terdapat dalam diri manusia
antara lain:
- Sanguin → dijuluki si "Populer" karena pandai persuasif dan ingin terkenal.
- Koleris → dijuluki si "Kuat" karena sering dominan dan kompetitif.
- Melankolis → dijuluki si "Sempurna" karena perfeksionis dan serba teratur.
- Plegmatis → dijuluki si "Cinta Damai" karena kesetiaannya dan menghindari konflik.
4 kepribadian diatas tidak
ada yang lebih bagus atau lebih jelek, sebab masing-masing memiliki kekuatan
dan kelemahan. Sekarang mari kita ulas kekuatan dan kelemahan dari 4
kepribadian tersebut.
Pada dasarnya masyarakat daerah timur dengan contoh
Indonesia, sangat terbuka dan toleran terhadap bangsa lain, tetapi selama masih
sesuai dengan norma, etika serta adat istiadat yang ada di Indonesia.
Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah
diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama
sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang
menerimanya. Contohnya : Handphone, komputer, dan lain – lain.
Namun ada pula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit
diterima adalah misalnya :
1. Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
2. Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat.
3. Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
1. Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup dan lain-lain.
2. Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat.
3. Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau
tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya :
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
3. Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan, kesenian,
bukum, adat istihadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki
oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Misalnya: dari alat-alat yang
paling sederhana seperti asesoris perhiasan tangan, leher dan telinga, alat
rumah tangga, pakaian, system computer, non materil adalah unsur-unsur yang
dimaksudkan dalam konsep norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan / keyakinan
serta bahasa.
Para kebudayaan sering mengartikan norma sebagai
tingkah laku rata-rata, tingkah laku khusus atau yang selalu dilakukan berulang
– ulang. Kehidupan manusia sellau ditandai oleh norma sebagai aturan sosial
untuk mematok perilaku manusia yang berkaitan dengan kebaikan bertingkah lak,
tingkah laku rata-rata atau tingkah laku yang diabstaksikan. Oleh karena itu
dalam setiap kebudayaan dikenal norma-norma yang ideal dan norma-norma yang
kurang ideal atau norma rata-rata. Norma ideal sangat penting untuk menjelaskan
dan memahami tingkah laku tertentu manusia, dan ide tentang norma-norma
tersebut sangat mempengaruhi sebagian besar perilaku sosial termasuk perlaku
komunikasi manusia.
Nilai adalah konsep-konsep abstrak yang dimiliki oleh
setiap individu tentang apa yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah,
patut atau tidak patut.
Unsur penting kebudayaan berikutnya adalah kepercayaan
/ keyakinan yang merupakan konsep manusia tentang segala sesuatu di
sekelilingnya. Jadi kepercayaan / keyakinan itu menyangkut gagasan manusa
tentang individu, orang lain, serta semua aspek yang berkaitan dengan biologi,
fisik, sosial, dan dunia supernatural. Unsure penting kebudayaan adalah bahasa,
yakni system kodifikasi kode dan symbol baik verbal maupun non verbal, demi
keperluan komunikasi manusia.
Definisi kebudayaan
di atas seolah bergerak dari suatu kontinum nilai kepercayaan kepada perasaan
dan perilaku tertentu. Perilaku tertentu. Perilaku tersebut merupakan model
perilaku yang diakui dan diterima oleh pendukung kebudayaan sehingga perilaku
itu mewakili norma-norma budaya.
Kebudayaan dalam Pandangan Sosiologi
Bagaimana para sosiolog mendefinisikan kebudayaan Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi sosial antar manusia dalam masyaralat mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut :
Kebudayaan dalam Pandangan Sosiologi
Bagaimana para sosiolog mendefinisikan kebudayaan Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi sosial antar manusia dalam masyaralat mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut :
1. Keseluruhan (total) atau pengorganisasian way of life termasuk nilai-nilai, norma-norma, institusi, dan artifak yang dialihkan dari satu generasi kepada generasi berikutnya melalui proses belajar (Dictionary of Modern Sociology).
2. Francis Merill mengatakan bahwa kebudayaan adalah :
• Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial
• Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
3. Bounded et.al (1989), kebudayaan. adalah sesuatu yang terbentuk oleh Pengembangan dah transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya symbol bahasa sebagai rangkaian simbol. yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan di dalam media, pernerintahan, institusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
4. Mitchell (ed) dalam Dictionary of Soriblogy mengemukakan, kebudayaan adalah sebagian dari perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia (dan produk yang dihasilkan manusia) yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal.
Kebudayaan Dalam Pandangan Antropologi
Bagaimana seorang antropolog mendefinisikan kebudayaan?
1. Berdasarkan. Eri cyclopedia of Sociology, kebudayaan menurut Para antropolog diperkenalkan Pada abad 19. Gagasan ini Pertama. kali muncul di zaman renaisans untuk menggarnbarkan adat istiadat, kepercayaan, bentuk-bentuk sosial, dan bahasa-bahasa Eropa. di masa. silam yang berbeda dengan masa kini. Periode kedua dari kebudayaan terjadi tatkala konsep ini mulai mendapat pengakuan bahwa kini manusia itu berbeda-beda berdasarkan wilayah diatas muka bumi, variasi itu diperkuat oleh bahasa yang mereka gunakan, ritual yang mereka praktekan serta berdasarkan jenis-jenis masyarakat di mana mereka tinggal.
2. Malinowski mengatakart bahwa kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek fundamental, kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat istiadat.
3. Kebudayaan adalah perilaku yang dipelajari, seorang tidak dapat dilahirkan dengan tanpa kebudayaan, kebudayaan itu bersifat universal, setiap manusia memiliki kebudayaan yang dia peroleh melalui usaha sekurang-kurangnya melalui belajar secara biologis.
Kebudayaan merupakan “jumlah” dari seluruh sikap, adapt istiadat, dan kepercayaan yang membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan melalui bahasa, objek material, ritual, institusi (milsanya sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. (Dictionary of Cultural Literacy).
Kata budaya merupakan
bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya
kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari
Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti
budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan
dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan
dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian
pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Budaya Indonesia
adalah seluruh kebudayaan nasional,
kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia
sebelum Indonesia merdeka pada
tahun 1945.
Kebudayaan nasional
Kebudayaan nasional
secara mudah dimengerti sebagai kebudayaan yang diakui sebagai identitas
nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998,
yakni:
{{cquote2|Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan
cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia
dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan
harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan
dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa.
Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.
Disebutkan juga pada pasal selanjutnya bahwa kebudayaan
nasional juga mencermikan nilai-nilai luhur bangsa. Tampaklah bahwa batasan
kebudayaan nasional yang dirumuskan oleh pemerintah berorientasi pada
pembangunan nasional yang dilandasi oleh semangat Pancasila.
Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki
Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”.
Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga
ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa
negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi
yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang
khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa
mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan
nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan
kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia
jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa
ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan
daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan
pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya
kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan
nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua
istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan
nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan
asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia,
sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang
sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi
seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu
dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional.
Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta
unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.
Kebudayaan daerah
Seluruh kebudayaan daerah yang berasal dari kebudayaan
beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada
kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada
dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti
kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India
terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum
Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha
sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya
kerajaan tertua di Nusantara, Kutai,
sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan
Indonesia karena interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang
Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya).
Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang
datang dari daerah selatan Tiongkok
dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal
menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan
seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal
modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.
Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah
di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.
Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke
Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk
kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan
Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem
organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana,
perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang
lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.
Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap saerah memilki ciri
khas kebudayaan yang berbeda.
- Aceh
- Sumatera Barat : Rumah Gadang
- Sumatera Selatan : Rumah Limas
- Jawa : Joglo
- Papua : Honai
- Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)
- Sulawesi Tenggara: Istana buton
- Sulawesi Utara: Rumah Panggung
- Kalimantan Barat: Rumah Betang
- Nusa Tenggara Timur: Lopo
Tarian
- Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog.
- Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet.
- Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji
- Aceh: Saman, Seudati.
- Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin
- Betawi: Yapong
- Sunda: Jaipong, Reog, Tari Topeng
- Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci
- Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor
- Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis
- Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan , Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung .
- Riau : ( Persembahan, Zapin, Rentak bulian, Serampang dua Belas )
- lampung : ( bedana, sembah, tayuhan, sigegh, labu kayu )
- irian jaya:
Lagu
- Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung.
- Maluku : Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama
- Melayu : Soleram, Tanjung Katung
- Minangkabau : Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang
- Aceh : Bungong Jeumpa
- Ampar-Ampar Pisang (Kalimantan Selatan)
- Anak Kambing Saya (Nusa Tenggara Timur)
- Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju, Aku Retang, Gaila Ruma Radha Nusa Tenggara Timur
- Angin Mamiri (Sulawesi Selatan)
- Anju Ahu (Sumatera Utara)
- Apuse (Papua)
- Ayam Den Lapeh (Sumatera Barat)
- Barek Solok (Sumatera Barat)
- Batanghari (Jambi)
- Bubuy Bulan (Jawa Barat)
- Buka Pintu (Maluku)
- Bungo Bangso (Sumatera Utara)
- Bungong Jeumpa (Aceh)
- Burung Tantina (Maluku)
- Butet (Sumatera Utara)
- Cik-Cik Periuk (Kalimantan Barat)
- Cikala Le Pongpong (Sumatera Utara)
- Cing Cangkeling (Jawa Barat)
- Cuk Mak Ilang (Sumatera Selatan)
- Dago Inang Sarge (Sumatera Utara)
- Dayung Palinggam (Sumatera Barat)
- Dayung Sampan (Banten)
- Dek Sangke (Sumatera Selatan)
- Desaku (Nusa Tenggara Timur)
- Esa Mokan (Sulawesi Utara)
- Es Lilin (Jawa Barat)
- Gambang Suling (Jawa Tengah)
- Gek Kepriye (Jawa Tengah)
- Goro-Gorone (Maluku)
- Gending Sriwijaya (Sumatera Selatan)
- Gundul Pacul (Jawa Tengah)
- Helele U Ala De Teang (Nusa Tenggara Barat)
- Huhatee (Maluku)
- Ilir-Ilir (Jawa Tengah)
- Indung-Indung (Kalimantan Timur)
- Injit-Injit Semut (Jambi)
- Jali-Jali (Jakarta)
- Jamuran (Jawa Tengah)
- Kabile-Bile (Sumatera Selatan)
- Kalayar (Kalimantan Tengah)
- Kambanglah Bungo (Sumatera Barat)
- Kampuang Nan Jauh Di Mato (Sumatera Barat)
- Ka Parak Tingga (Sumatera Barat)
- Karatagan Pahlawan (Jawa Barat)
- Keraban Sape (Jawa Timur)
- Keroncong Kemayoran (Jakarta)
- Kicir-Kicir (Jakarta)
- Kole-Kole (Maluku)
- Lalan Belek (Bengkulu)
- Lembah Alas (Aceh)
- Lisoi (Sumatera Utara)
- Madekdek Magambiri (Sumatera Utara)
- Malam Baiko (Sumatera Barat)
- Mande-Mande (Maluku)
- Manuk Dadali (Jawa Barat)
- Ma Rencong (Sulawesi Selatan)
- Mejangeran (Bali)
- Mariam Tomong (Sumatera Utara)
- Moree (Nusa Tenggara Barat)
- Nasonang Dohita Nadua (Sumatera Utara)
- O Ina Ni Keke (Sulawesi Utara)
- Ole Sioh (Maluku)
- Orlen-Orlen (Nusa Tenggara Barat)
- O Ulate (Maluku)
- Pai Mura Rame (Nusa Tenggara Barat)
- Pakarena (Sulawesi Selatan)
- Panon Hideung (Jawa Barat)
- Paris Barantai (Kalimantan Selatan)
- Peia Tawa-Tawa (Sulawesi Tenggara)
- Peuyeum Bandung (Jawa Barat)
- Pileuleuyan (Jawa Barat)
- Pinang Muda (Jambi)
- Piso Surit (Aceh)
- Pitik Tukung (Yogyakarta)
- Flobamora, Potong Bebek Angsa (Nusa Tenggara Timur)
- Rambadia (Sumatera Utara)
- Rang Talu (Sumatera Barat)
- Rasa Sayang-Sayange (Maluku)
- Ratu Anom (Bali)
- Saputangan Bapuncu Ampat (Kalimantan Selatan)
- Sarinande (Maluku)
- Selendang Mayang (Jambi)
- Sengko-Sengko (Sumatera Utara)
- Siboga Tacinto (Sumatera Utara)
- Sinanggar Tulo (Sumatera Utara)
- Sing Sing So (Sumatera Utara)
- Sinom (Yogyakarta)
- Si Patokaan (Sulawesi Utara)
- Sitara Tillo (Sulawesi Utara)
- Soleram (Riau)
- Surilang (Jakarta)
- Suwe Ora Jamu (Yogyakarta)
- Tanduk Majeng (Jawa Timur)
- Tanase (Maluku)
- Tapian Nauli (Sumatera Utara)
- Tebe Onana (Nusa Tenggara Barat)
- Te Kate Dipanah (Yogyakarta)
- Tokecang (Jawa Barat)
- Tope Gugu (Sulawesi Tengah)
- Tumpi Wayu (Kalimantan Tengah)
- Tutu Koda (Nusa Tenggara Barat)
- Terang Bulan (Jakarta)
- Yamko Rambe Yamko (Papua)
- Bapak Pucung (Jawa Tengah)
- Stasiun Balapan, Didi Kempot (Jawa Tengah)
- bulu londong, malluya, io-io, ma'pararuk (Sulawesi Barat)
Musik
- Jakarta: Keroncong Tugu.
- Maluku :
- Melayu : Hadrah, Makyong, Ronggeng
- Minangkabau :
- Aceh :
- Makassar : Gandrang Bulo, Sinrilik
- Pesisir Sibolga/Tapteng : Sikambang
Alat musik
- Jawa: Gamelan.
- Nusa Tenggara Timur: Sasando, Gong dan Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio.
- Gendang Bali
- Gendang Karo
- Gendang Melayu
- Gandang Tabuik
- Sasando
- Talempong
- Tifa
- Saluang
- Rebana
- Bende
- Kenong
- Keroncong
- Serunai
- Jidor
- Suling Lembang
- Suling Sunda
- Dermenan
- Saron
- Kecapi
- Bonang
- Kendang Jawa
- Angklung
- Calung
- Kulintang
- Gong Kemada
- Gong Lambus
- Rebab
- Tanggetong
- Gondang Batak
- Kecapi, kesok-Kesok Bugis-makassar, dan sebagainya
Gambar
Patung
- Jawa: Patung Buto, patung Budha.
- Bali: Garuda.
- Irian Jaya: Asmat.
Pakaian
- Jawa: Batik.
- Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong.
- Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule.
- Sumatra Barat/ Melayu:
- sumatra selatanSongket
- Lampung : Tapis
- Sasiringan
- Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur
- Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
Suara
- Jawa: Sinden.
- Sumatra: Tukang cerita.
- Talibun : (Sibolga, Sumatera Utara)
Sastra/tulisan
- Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.
- Bali: karya tulis di atas Lontar.
- Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah
- Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara
- Timor Ai Babelen, Ai Kanoik
Secara
sederhana, kebudayaan merupakan hasil cipta (serta akal budi) manusia untuk
memperbaiki, mempermudah, serta meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya.
Atau, kebudayaan adalah keseluruhan kemampuan (pikiran, kata, dan tindakan)
manusia yang digunakan untuk memahami serta berinteraksi dengan lingkungan dan
sesuai sikonnya. Kebudayaan berkembang sesuai atau karena adanya adaptasi
dengan lingkungan hidup dan kehidupan serta sikon manusia berada.
Kebudayaan dikenal
karena adanya hasil-hasil atau unsur-unsurnya. Unsur-unsur kebudayaan terus
menerus bertambah seiring dengan perkembangan hidup dan kehidupan. Manusia
mengembangkan kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Manusia disebut
makhluk yang berbudaya, jika ia mampu hidup dalam atau sesuai budayanya.
Sebagian makhluk berbudaya, bukan saja bermakna mempertahankan nilai-nilai
budaya masa lalu atau warisan nenek moyangnya; melainkan termasuk mengembangkan
(hasil-hasil) kebudayaan.
Di samping kerangka
besar kebudayaan, manusia pada komunitasnya, dalam interaksinya mempunyai
norma, nilai, serta kebiasaan turun temurun yang disebut tradisi. Tradisi
biasanya dipertahankan apa adanya; namun kadangkala mengalami sedikit
modifikasi akibat pengaruh luar ke dalam komunitas yang menjalankan tradisi
tersebut. Misalnya pengaruh agama-agama ke dalam komunitas budaya (dan tradisi)
tertentu; banyak unsur-unsur kebudayaan (misalnya puisi-puisi, bahasa,
nyanyian, tarian, seni lukis dan ukir) di isi formula keagamaan sehingga
menghasilkan paduan atau sinkretis antara agama dan kebudayaan.
Kebudayaan dan
berbudaya, sesuai dengan pengertiannya, tidak pernah berubah; yang mengalami
perubahan dan perkembangan adalah hasil-hasil atau unsur-unsur kebudayaan.
Namun, ada kecenderungan dalam masyarakat yang memahami bahwa hasil-hasil dan
unsur-unsur budaya dapat berdampak pada perubahan kebudayaan.
Kecenderungan
tersebut menghasilkan dikotomi hubungan antara iman-agama dan kebudayaan.
Dikotomi tersebut memunculkan konfrontasi (bukan hubungan saling
mengisi dan membangun) antara agama dan praktek budaya, karena dianggap sarat
dengan spiritisme, dinamisme, animisme, dan totemnisme. Akibatnya, ada beberapa
sikap hubungan antara Agama dan Kebudayaan, yaitu:
1. Sikap Radikal: Agama
menentang Kebudayaan. Ini merupakan sikap radikal dan ekslusif, menekankan
pertantangan antara Agama dan Kebudayaan. Menurut pandangan ini, semua sikon
masyarakat berlawanan dengan keinginan dan kehendak Agama. Oleh sebab itu,
manusia harus memilih Agama atau/dan Kebudayaan, karena seseorang
tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Dengan demikian, semua praktek dalam
unsur-unsur kebudayaan harus ditolak ketika menjadi umat beragama.
2. Sikap Akomodasi:
Agama Milik Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan keselarasan antara Agama dan
kebudayaan.
3. Sikap Perpaduan:
Agama di atas Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan adanya suatu keterikatan antara
Agama dan kebudayaan. Hidup dan kehidupan manusia harus terarah pada tujuan
ilahi dan insani; manusia harus mempunyai dua tujuan sekaligus.
4. Sikap Pambaharuan:
Agama Memperbaharui Kebudayaan. Sikap ini menunjukkan bahwa Agama harus
memperbaharui masyarakat dan segala sesuatu yang bertalian di dalamnya. Hal itu
bukan bermakna memperbaiki dan membuat pengertian kebudayaan yang baru;
melainkan memperbaharui hasil kebudayaan. Oleh sebab itu, jika umat beragama
mau mempraktekkan unsur-unsur budaya, maka perlu memperbaikinya
agar tidak bertantangan ajaran-ajaran Agama. Karena perkembangan dan kemajuan
masyarakat, maka setiap saat muncul hasil-hasil kebudayaan yang baru. Oleh
sebab itu, upaya pembaharuan kebudayaan harus terus menerus. Dalam arti, jika
masyarakat lokal mendapat pengaruh hasil kebudayaan dari luar komunitas
sosio-kulturalnya, maka mereka wajib melakukan pembaharuan agar dapat diterima,
cocok, dan tepat ketika mengfungsikan atau menggunakannya.
Karena adanya aneka
ragam bentuk hubungan Agama dan Kebudayaan tersebut, maka solusi terbaik adalah
perlu pertimbangan – pengambilan keputusan etis-teologis (sesuai ajaran agama).
Dan untuk mencapai hal tersebut tidak mudah.
4. Perubahan
Kebudayaan & Peradaban (Studi Kasus/Contoh)
Kalangan
akademisi modern telah menemukan dalam perjalanan sejarah geologi pernah
terjadi beberapa kali kepunahan, dan nyaris memusnahkan segala makhluk hidup.
Banyak sekali pembuktian secara langsung tentang perubahan bencana bumi yang
berkala. Dilihat dari bukti yang telah ditemukan, bahwa peradaban manusia prasejarah
pernah mengalami kepunahan karena berbagai macam perubahan alam dan bencana,
seperti gempa bumi, banjir, gunung berapi, tabrakan benda angkasa (termasuk
meteorit dan komet), pergerakan naik turun lempeng daratan, perubahan cuaca
yang tiba-tiba, dsb.
Sebagai contoh kasus, Atlantis pernah menjadi sebuah
daratan yang memiliki peradaban tinggi manusia, namun tenggelam ke dasar lautan
dalam sebuah bencana gempa bumi yang dahsyat pada 11.600 tahun silam. Hal itu
membentuk sebuah zona di laut China selatan sekarang, laut di daerah ini sangat
dangkal, kedalamannya rata-rata hanya 60 meter lebih. Hanya puncak gunung
tertinggi di daratan waktu itu yang tersisa di atas permukaan laut, yaitu yang
sekarang terletak di negeri kita, Indonesia.
Begitu pula di kedalaman 200 meter bawah laut pesisir
pantai Peru, ilmuwan menemukan pilar batu yang dipahat dan bangunan yang
mahabesar. Di dasar lautan Atlantik yang berada di sisi luar berhasil diambil 8
gambar dasar laut. Melalui gambar-gambar ini secara jelas tampak sebuah tembok
benteng zaman purbakala dan undakan batu. Diperkirakan tenggelam pada 10.000
tahun silam. Di belahan barat perairan segitiga Bermuda juga ditemukan sebuah
piramida raksasa yang diperkirakan berumur puluhan ribu tahun.
Dengan demikian, zaman Nabi Nuh juga tidaklah
seprimitif yang selama ini kita bayangkan. Hakikatnya pada zaman itu semuanya
sudah maju. Ilmu pengetahuan mereka sudah maju pada masa itu. Di kaki gunung
Ararat itu saja, para peneliti dan ilmuwan Rusia telah menemukan lebih kurang
500 kesan artefak baterai elektrik purba yang digunakan untuk menyadurkan
logam.
Jelas sekali, bahwa bekas peninggalan kota-kota
yang pernah mewakili peradaban manusia prasejarah dan memiliki kecemerlangan
ini tenggelam ke dasar lautan karena tenggelamnya daratan.
Banjir Dahsyat
Kurang lebih 12.000 tahun silam, peradaban manusia
sebelum peradaban kita sekarang pernah mengalami suatu serangan banjir yang
sangat dahsyat, dan banjir waktu itu juga mengakibatkan tenggelamnya daratan.
Secara berturut-turut arkeolog menemukan sejumlah besar bukti yang secara
langsung atau pun tidak mengenai banjir dahsyat yang terjadi waktu itu. Para
antropolog juga menemukan bukti melalui penelitian pada suku bangsa yang
berbeda di berbagai tempat di dunia tentang legenda asal-usul peradaban bangsa
ini.
Legenda kuno dari bangsa yang berbeda di berbagai
tempat di dunia secara fundamental melukiskan bahwa manusia pernah berkali-kali
mengalami bencana dahsyat yang mematikan, bahkan begitu seragamnya menguraikan
bahwa pada suatu periode prasejarah sebelum munculnya peradaban manusia
sekarang ini, di atas bumi pernah terjadi suatu banjir dahsyat yang
mengakibatkan punahnya seluruh peradaban manusia, dan hanya sebagian kecil
manusia yang dapat mempertahankan hidupnya.
Legenda mengenai banjir dahsyat yang sudah diketahui
di dunia tercatat ada 6.000 lebih. Seperti misalnya, dalam legenda China dan
Jepang, Malaysia, Laos, Thailand, India, Australia, Yunani, Mesir dan Afrika
Selatan, Afrika Utara, penduduk asli Amerika Utara, setiap negara serta rumpun
bangsa yang berbeda pasti menyimpan sebuah memori tentang peristiwa banjir
dahsyat itu. Meskipun legenda-legenda ini terjadi pada setiap bangsa dan budaya
yang berbeda, namun semuanya memiliki alur cerita dan tokoh tipikal yang sangat
mirip.
Semua bukti dan gejala ini sama sekali tidak dapat
diasumsikan sebagai suatu ketidaksengajaan atau pun suatu kebetulan. Proses
yang berhubungan dengan banjir dahsyat ketika itu juga diuraikan dalam kitab
suci. Meskipun kitab suci merupakan sebuah kitab agama, namun sejumlah besar
ahli berpendapat, bahwa yang dilukiskan dalam kitab suci (Alkitab dan
Al-Qur’an) adalah sejarah manusia yang sebenarnya.
Ikhtisar dalam Alkitab yang berhubungan dengan banjir
dahsyat yang terjadi waktu itu menyebutkan, “Banjir meluap dan menggenang
selama 40 malam, air pasang menuju atas, perahu mengambang dari atas permukaan
bumi”: “Arus air meluap dahsyat di atas permukaan bumi, seluruh pegunungan
tergenang oleh air pasang”: “5 bulan kemudian, perahu berhenti di atas gunung
Ararat; dan setelah 4 bulan berlalu, ketika daratan sudah kering, Nabi Nuh
meninggalkan perahunya.”
Waktu itu banjir dahsyat sekaligus disertai dengan
perubahan daratan dan secara total menghancurkan seluruh peradaban manusia di
bumi, hanya sebagian kecil manusia yang dapat mempertahankan hidupnya. Sejumlah
besar bekas peninggalan prasejarah yang belakangan ini ditemukan arkeolog,
seperti misalnya, daratan Atlantis, budaya Yunani, bangunan di dasar laut dan
lain sebagainya kemungkinan besar tenggelam karena banjir dahsyat waktu itu.
Ada yang memperkirakan banjir dahsyat itu terjadi 5.000 tahun yang lalu,
mengikuti perkiraan ahli anstronomi, perahu Nabi Nuh mulai dibuat pada 2465 SM
dan hujan mulai turun pada 2345 SM.
Setelah perahu Nabi Nuh mendarat di gunung Ararat,
dimulailah kehidupan baru manusia. Mereka yang selamat mulai menyebar. Begitu
pula binatang-binatang. Biji-biji tanaman kembali disemaikan. Karena dianggap
melahirkan generasi baru manusia setelah Nabi Adam, Nabi Nuh mendapat gelar The
Second Father of Human Being –Bapak Manusia Kedua. Oleh generasi inilah,
kebudayaan dan peradaban manusia dikembangkan. Selain di kawasan Ararat, juga
di Mesopotamia yang ribuan tahun kemudian menjadi pusat kejayaan Babiloni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar